31 Desember 2009.
Hari yang tak terlupa, Kamis di penghujung tahun 2009. Ya, karena hari itu mengajarkanku akan banyak makna, tentang cinta, persahabatan dan hati.
Aku masih duduk di bangku putih abu-abu, dan saat itu aku duduk di kelas XII (Dua belas). Aku aktif di kegiatan ekstrakurikuler, dan yang paling aku gemari adalah seni musik. Saking cintanya dengan kegiatan ini, aku mempunyai sebuah grup band yang menjadi kebanggaan sekolah kami. Hampir semua alat musik bisa kumainkan, mulai dari gitar, piano, biola sampai drum. Tapi aku lebih suka menjadi vokal sambil memainkan gitar.
Kejuaraan demi kejuaraan yang kami raih baik tingkat antar kelas sampai antar sekolah semakin menaikdaunkan kami. Tentu saja kami menjadi primadona kaum perempuan di sekolah. Dan kabar yang membahagiakan mereka, aku belum juga mempunyai seorang pacar.
Banyak cewek-cewek di sekolah yang mengejarku dan memintaku untuk menjadi pacarnya. Tetapi aku tak pernah menghiraukan mereka. Karena sebenarnya aku mempunyai rasa pada seorang gadis manis adik kelasku. Namanya Nina. Ia gadis yang tidak aneh-aneh, cantik dan terkenal pintar. Ia sering tersenyum kepadaku, yang membuatku sering salah mengartikannya. Ada yang mendesir di dalam hati, jika mata ini melihat sosoknya. Aku suka melihatnya berjalan, membaca buku di perpustakaan. Aku suka menikmati sendau guraunya, menikmati tawanya. Aku suka melihatnya menyibakan rambut ke belakang, melihat ia tersenyum senang. Aku suka akan semua tentangnya. Hingga ada harapan dalam hati ini untuk bisa memiliki cintanya.
Aku berteman dekat dengan Nina, tapi tak pernah bisa mengatakan isi hati ini kepadanya. Aku lebih suka mengaguminya dengan caraku sendiri. Aku sering berdua dengannya di perpustakaan, di taman sekolah dan ruang seni. Aku sering menemaninya belajar, dan dia sering menemaniku bermain gitar atau piano. Aku suka mengiringinya bernyanyi, memadu suara kami dengan petikan gitar atau suara piano yang aku mainkan. Kami sering tertawa bersama, menyanyikan lagu yang sama.
Aku memang belum pernah pacaran sejauh ini. Belum pernah mengatakan rasa cinta kepada lawan jenis. Mungkin karena aku lebih asyik dengan duniaku sendiri. Atau mungkin karena aku tidak berani untuk menyatakan perasaan yang tumbuh di hati. Entah, yang jelas aku belum pernah merasakan yang namanya punya pacar dan pacaran.
Tak ada seorangpun yang mengetahui perasaanku kepada Nina. Bahkan teman-teman satu bandku. Aku lebih suka menikmati ini sendirian. Menikmati indahnya cinta yang merekah dihatiku. Dan aku menuangkannya dalam lirik-lirik lagu yang aku cipta. Aku menikmati benih-benih cinta ini bersama petikan gitar dan denting-denting piano. Mengolahnya menjadi melodi dan harmoni, menjadi lagu yang sering kami nyanyikan ketika kami konser di sekolah.
Hingga suatu hari, Andra teman sekelas sekaligus drummer bandku mengatakan hal yang meruntuhkan duniaku. Ia mencintai lentera hati yang mulai aku jaga. Ya, ia bercerita kepadaku kalau dia suka kepada Nina. Andra bercerita kepadaku tentang perasaannya kepada Nina, tentang malam-malamnya yang selalu memikirkan Nina.
Aku tahu, apa yang aku rasakan dan aku kagumi tentang Nina, sama dengan yang Andra rasakan. Aku mencoba tersenyum menanggapi cerita-cerita Andra tentang Nina. Aku mencoba untuk tidak cemburu dan menyimpan rapat perasaan ini. Andra yang mengetahui kalau aku cukup dekat dengan Nina, meminta diriku untuk sedikit menolongnya. Menyampaikan salam kepadanya, hingga memintaku menyampaikan isi dari hatinya.
Andai dia menjadi diriku, entah apa yang akan ia lakukan dengan semua ini. Ada rasa ngilu yang mulai angkat senjata pada relung-relung hati. Aku bingung dengan semuanya, memilih sahabat atau cinta yang mulai tumbuh bersemi. Sudah tiga kali Andra menanyakan apakah aku sudah menyampaikan isi hatinya kepada Nina. Aku tersenyum, memintanya bersabar dan menunggu pada moment yang tepat.
Malam di penghujung 2009, bandku mendapatkan tawaran untuk ikut memeriahkan pergantian tahun baru di alun-alun. Dan kami sepakat untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan ini. Di sekolah, kami mulai mempersiapkan keperluan untuk mengisi pergantian tahun baru tersebut. Mulai dari memilih lagu yang akan kami tampilkan, hingga gladi bersih. Setelah selesai semua persiapan, aku melangkah menuju perpustakaan sekolah. Bermaksud menemui Nina yang sedang asyik bergumul dengan buku-buku pelajaran.
Aku mengajak Nina untuk ikut dalam acara nanti malam. Dan tanpa banyak bertanya, ia menyanggupi ajakanku. Pukul sembilan malam aku jemput ia di rumah. Aku terlebih dahulu meminta ijin kepada orangtua Nina untuk mengajak Nina pergi hingga larut malam. Setelah bernegosiasi dengan orangtua Nina, kami sepakat agar Nina langsung pulang jika acara sudah selesai. Kami kemudian langsung menuju sekolah untuk mengambil beberapa perlengkapan yang masih tertinggal di sana. Kami berboncengan sambil membawa gitar menuju alun-alun yang sudah mulai ramai dikunjungi orang-orang.
Pukul sebelas malam band kami baru mendapat jatah manggung. Kami harus membawakan sedikitnya 10 lagu hingga tepat di pergantian malam tahun baru. Pukul 23.59 kami mulai berhitung bersama. Suara gemuruh koor menghitung mundur dari detik 60 hingga tepat di detik pergantian tahun baru membuatku merinding. Tepat pukul 00.00, kami berteriak bersama. Ucapan selamat tahun baru berirama dengan kembangapi yang meluncur ke angkasa. Meriah dan ramai sekali. Tepuktangan bergemuruh, disambut dengan tawa kebahagiaan dan teriakan-teriakan yang penuh semangat. “Selamat tahun baru 2010”.
Aku melirik Nina yang tertawa bahagia menikmati pergantian tahun baru ini. Aku mendekati Andra yang masih duduk di belakang drum, menyuruhnya agar menyampaikan isi hatinya kepada Nina. “Ini adalah waktu yang tepat untuk menyatakan cinta”, bisikku kepada Andra. Aku menariknya berdiri, mengambil stik yang masih tergenggam di tangannya. Menyuruh Andra turun dari panggung dan menghampiri Nina yang masih asyik melihat kilat-kilat kembangapi.
Aku mulai menekan tut-tut piano. Menyanyikan lagu tentang cinta. Aku sendiri memainkan lagu ini, karena lagu ini hanya aku dan Nina yang tahu. Gempita teriakan dan tawa perlahan mulai berhenti, seakan ikut meresapi isi hatiku yang terluka. Para penonton berdesak-desakan kembali mendekati panggung. Seseorang menyalakan korek dan melambai lambaikan tangannya, dan diikuti oleh beberapa orang disekitarnya. Nyala api-api kecil membuat suasana hatiku kian biru, tanpa terasa ada basah yang mengalir di pipi. Suaraku mulai bergetar, tapi aku mencoba untuk tetap mengontrolnya.
Bersama lagu yang aku nyanyikan, Andra mendekati Nina yang mulai mengarahkan pandangannya kembali ke panggung. Andra menyatakan perasaan hatinya kepada Nina beriring tut-tut piano yang aku tekan merdu. Hatiku perih, ngilu dan sakit sekali. Aku harus merelakan lentera hatiku untuk disulut oleh orang lain, sahabat karibku sendiri. Di penghujung tahun 2009, bersama dengan nyala api-api kecil, bersama denting piano yang mengalun, aku bernyanyi merelakan lentera cintaku disulut oleh sahabatku. Aku mengiringinya dengan perih, dengan luka, dan dengan airmata. Sakitnya, tepat di relung hati.
Kiat-kiat Move On
Galau, sakit hati yang katanya tepat di sini (sambil tepuk-tepuk dada), jangan terlarut-larut ya. Nggak baik banget. Pengen cepet move on, nih ada tips gratisnya. Mau tahu?
1. Jangan anggap duniamu berakhir dengan putusnya cinta kamu, masih banyak di luar sana yang jauh lebih baik dari si dia. Cari lagi, berburu lagi. Ingaaat, yang paling menegangkan adalah ketika kita menyatakan cinta. Menunggu diterima atau ditolak. Kalau ditolak, ya cari lagi.
2. Susah nglupain, wajar. Cari aktifitas yang membuatmu sibuk dan tidak terpikirkan dia. Olahraga atau musik, kegiatan recommended untuk lupain dia.
3. Rejeki tidak ada yang tertukar, camkan itu. Pacar termasuk rejeki loh. Jadi kalau dia belum bisa menjadi milikmu, berarti dia bukan rejekimu. Tapi jika dia memang rejekimu, mau ditembak oleh puluhan orang, digebet sama sahabat sendiri, dia tetap akan menjadi milikmu. Jodoh tak kemana kok.
4. Contoh cowboy, yang tidak akan berhenti membidik jika tidak kena sasaran. Jadi jika cinta masih ditolak, atau putus dengan si dia, cari lagi hingga tepat di sasaran. Tepat di hati, tepat di saku. Hahaha… LOL.
Semoga bermanfaat ya, biar cepat bisa Move on. Ta…..ta..
#Terbit dibuletin Gelaran